Grup.kide runcit aceh malasyia

Grup.kide runcit aceh malasyia Anak rantau di larang galau
Pantang p**ang sebelum Bawa uang

Kisah Teungku Abu Ibrahim Woyla Saat Tsunami Aceh_______________________Sebelum terjadinya tsunami, Abu Ibrahim yang per...
22/11/2021

Kisah Teungku Abu Ibrahim Woyla Saat Tsunami Aceh
_______________________

Sebelum terjadinya tsunami, Abu Ibrahim yang pernah mengatakan: “Air laut bakal naik sampai setinggi pohon kelapa.” Terbukti setelahnya terjadi bencana tsunami.

Tepatnya 15 hari sebelum bencana besar gempa bumi dan gelombang Tsunami melanda Aceh pada 26 Desember 2004, Abu Ibrahim Woyla telah mengabarkan kepada muridnya yang bernama Mukhlis perihal akan datangnya bencana besar itu.

Namun, hanya kepada dua muridnya yang kerap mengikutinya ia beritahukan dan ia melarang memberitahukannya kepada orang lain. Hanya saja Mukhlis diperintahkan untuk segera mengajak keluarganya menjauhi bibir pantai.

Mukhlis, pria yang sudah berkepala tiga yang kini sering bermukim di Dayah Bustanul Huda atau Dayah Pulo Ie, Desa Dayah Baro, Calang, menceritakan kembali keseharian Abu sebelum Tsunami meluluhlantakkan Aceh. Abu tidak seperti hari-hari sebelumnya, ia sudah jarang makan dan terlihat gusar. Pernah suatu waktu Mukhlis dipanggil oleh Abu untuk memberitahukan perihal bencana besar. Saat itu, Mukhlis masih menuntut ilmu di Dayah Peulanteu, Aceh Barat. “Rayeuk that buet uke nyoe, siberangkaso yang buka rahasia Allah maka kafee lah jih kafee (besar sekali kerja ke depan, dan siapa saja yang membuka rahasia Allah maka dia kafir),” begitu kata Mukhlis menirukan ucapan Abu Ibrahim kepadanya.

Mukhlis juga mendengar hal yang sama dari Abu Utsman yang masih ada hubungan dekat dengan Abu Ibrahim Woyla. Bahkan kepada orangtuanya sendiri Mukhlis tidak memberitahukan apa yang sudah ia ketahui. “Di lapangan Blang Bintang kapai akan jipoe uroe malam, di laot Ulee Lheuh (tidak disebut Ulee Lheue) akan na kapai laot ubee lapangan bola, dalam kapai nyan ureung puteh-puteh” (di Bandara Blang Bintang pesawat akan terbang siang malam, di laut Ulee Lhee akan ada kapal laut sebesar lapangan bola, di dalamnya orang putih-putih-red), ucap Mukhlis lagi mengutip perkataan Abu Utsman.

Kata Mukhlis, sejak kata-kata tersebut diucapkan oleh Abu Ibrahim, keseharian Abu seperti berubah. Bahkan jika sedang tidur malam hari, sering Abu tiba-tiba terbangun dan langsung duduk berdzikir. Melihat ini, perasaan Mukhlis pun semakin cemas, dalam hatinya ia merasa kalau peristiwa besar sudah semakin dekat. “Lon kalon dari sikap Abu, lon na firasat sang ata yang geupeugah le Abu ka to that (Saya lihat sikap Abu, saya punya firasat bahwa apa yang dikatakan Abu sudah sangat dekat),” jelas Mukhlis.

Entah apa yang terpikirkan oleh Abu, 4 hari sebelum gempa bumi dan Tsunami di Aceh, Abu Ibrahim mengajak Mukhlis ke Banda Aceh. Dengan mobil pinjaman, Mukhlis menyupiri Abu hingga ke Banda Aceh. Di Banda Aceh, mereka menginap di salah satu rumah di kawasan Blower. “Na geulakee le po rumoh beu geuteem eh Abu meusimalam bak rumoh gob nyan (ada permintaan dari yang punya rumah agar Abu Ibrahim berkenan bermalam semalam saja di rumahnya),” kata Mukhlis.

Mukhlis menambahkan, saat di sana, sewaktu makan pun Abu tidak makan lagi, Abu mengepal nasinya menjadi tiga bagian. Setelah Abu makan sedikit satu bagian dari kepalan nasinya, kemudian seluruhnya Abu berikan kepadanya untuk dimakan.

Pada esoknya, Kamis pagi 23 Desember 2006, Abu berkata kepada Mukhlis jika ia ingin jalan-jalan keliling Kota Banda Aceh. Tanpa membantah, dengan mobil pinjamannya Mukhlis pun membawa Abu jalan-jalan.

Setelah sarapan alakadarnya di warung samping Simbun Sibreh (deretan Satnarkoba Polda Aceh), lalu Abu meminta Mukhlis untuk membawanya ke kawasan Peulanggahan. Tiba di depan mesjid Tgk Di Anjong, Abu minta mobil dihentikan di luar pagar masjid. “Abu geu ngeing u arah makam Tgk Di Anjong, sang-sang Abu teungoh geupeugah haba, kadang Abu teukhem keudroe” (Abu menatap ke arah makam Tgk Di Anjong, seolah-olah Abu berbicara, sesekali Abu tersenyum sendiri), jelas Mukhlis.

Usai singgah di makam Tgk Di Anjong, Peulanggahan, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh, Abu melanjutkan perjalanan ke arah Gampong Jawa. Saat dalam perjalanan, ada seorang wanita paruh baya yang mengenal Abu. Spontan wanita tersebut memanggil Abu dan meminta Abu untuk singgah di rumahnya. Rombongan Abu Woyla kemudian memenuhi permitaan dan singgah di rumah wanita tersebut.

Wanita pemilik rumah itu, kata Mukhlis, menginginkan anaknya untuk minum air yang dicelupkan dengan musabah Abu Ibrahim. “Sampai di rumah wanita tersebut, kami disajikan kopi, tetapi airnya sangat panas hingga kami tidak sempat minum. Tapi Abu langsung meminumnya walau airnya masih panas. Setelah itu Abu menyelupkan musabahnya ke dalam air yang akan diberikan kepada anak wanita tersebut,” kata Mukhlis.

Tak beberapa lama di rumah wanita itu, Abu dan Mukhlis kemudian melanjutkan perjalanan dari Gampong Jawa dan kembali ke arah Peunayong, seterusnya sampai di depan RSUZA, Jalan T Nyak Arief. Di tempat itu Abu Ibrahim kemudian meminta kepada Mukhlis untuk mengarahkan kenderaan mereka ke Masjid Raya Baiturrahman.

Dalam sekejap saja, mobil yang dikendarai Mukhlis sudah berada di depan Mesjid Raya Baiturrahman. Di sana mobil dihentikan sesuai permintaan Abu. Dari dalam mobil, dengan kaca terbuka Abu menatap ke arah mesjid sembari melambaikan tangannya dengan gerakan arah telapak tangannya ke bawah. “Berkali-kali Abu melakukan itu,” ujar Mukhlis.

“Di akhir Abu menggerakkan tangannya tiga kali menghadap masjid raya, seperti tanda memotong sesuatu,” tiru Mukhlis dengan gerakan tangannya dari arah kiri ke kanan.

Usai perjalanan singkat tersebut, Abu langsung kembali ke tempat ia menginap dan mengatakan kepada Mukhlis, jika Abu malam nanti akan berangkat ke Padang, Sumatra Barat. Sebelum berangkat, Mukhlis memohon izin kepada Abu bahwa ia tidak bisa menemani Abu ke Padang karena ia baru berkeluarga. “Menyoe meunan Do’a bak lon” (kalau begitu doa dari saya), ujar Mukhlis mengulang perkataan Abu kepadanya kala itu.

Dua hari setelahnya, Tsunami meluluhlantakkan Aceh begitu dahsyatnya. Namun kata Mukhlis, gelombang Tsunami yang datang pada 26 Desember 2004 lalu itu, sepertinya berhenti di seputaran kawasan Abu Ibrahim Woyla jalan-jalan di Banda Aceh sebelum Tsunami itu terjadi.

Setelah itu, Mukhlis pun tidak lagi mengetahui kegiatan Abu hingga gempa bumi dan Tsunami melanda Aceh. Baru pada hari keempat setelah kejadian yang menewaskan ratusan ribu umat manusia itu, Mukhlis bertemu kembali dengan Abu di salah satu rumah di kawasan Geuceu Komplek, Banda Aceh.

Setelah bertemu di sana, pada sore hari Abu mengajak Mukhlis jalan-jalan ke Lhoknga. Kembali Mukhlis meminjam sebuah mobil milik kerabatnya yang juga mengenal Abu Ibrahim Woyla. Setibanya di kawasan Peukan Bada, Mukhlis melihat tumpukan sampah Tsunami yang belum dibersihkan dan masih ada mayat-mayat bergeletakan di sekitar mereka.

Melihat kondisi medan yang tidak mungkin dilewati, Mukhlis mengadu kepada Abu jika tidak mungkin mobil melewati jalan, karena masih banyak puing Tsunami dan benda tajam lain yang menghambat laju kenderaan mereka. “Hana peu-peu, tajak laju” (tidak masalah, jalan saja), begitu kata Abu ujar Mukhlis saat ia mengadu.

Mendengar kata Abu, Mukhlis pun terus mengendarai kendaraannya melewati puing Tsunami yang logikanya tidak mungkin dilewati oleh kendaraan. Mereka terus berjalan hingga ke jembatan yang terputus di kawasan Lhoknga, Aceh Besar.

Setiba di sana, mereka berjumpa dengan seorang wanita yang mengenal sosok Abu Ibrahim Woyla. Wanita itu menceritakan, dalam musibah itu suaminya menjadi korban dan sampai hari keempat setelah Tsunami ia belum bertemu dan mengetahui nasib suaminya itu. Lantas wanita itu meminta Mukhlis untuk menanyakan kepada Abu Ibrahim, bagaimana perihal nasib suaminya yang diseret arus Tsunami.

Melalui Mukhlis, Abu menjawab singkat pertanyaan wanita tersebut: “Suaminya sedang jalan-jalan jauh.”

Di tempat itu, Abu Ibrahim bersama Mukhlis berada hingga langit mulai merah dan matahari akan tenggelam.

Kini, Mukhlis dengan beberapa rekannya hanya mengurusi dan membangun Dayah Bustanul Huda Gampong Dayah Baro di Kabupaten Aceh Jaya. Penuturan lelaki ramah dan berilmu agama ini, Dayah tempat dirinya dan santri lain memperdalam ilmu Islam sekarang ini, dibagun pada tahun 2006 silam. Dan pesan Abu Ibrahim Woyla semasa hidupnya adalah: “Amanah Abu, bek meulake bak gop keu peudong dayah, peulaku ubee sangguop” (Amanah Abu, jangan meminta-minta untuk mendirikan dayah, kerjakan sesuai kesanggupan), tegas Mukhlis menirukan ucapan Abu..

ACEH BERDUKATELAH WAFAT SEORANG ULAMA BESAR ACEH UTARA, ABU PALOH GADENG انا لله و انا اليه راجعونTelah berp**ang ke Rah...
16/12/2020

ACEH BERDUKA
TELAH WAFAT SEORANG ULAMA BESAR ACEH UTARA, ABU PALOH GADENG
انا لله و انا اليه راجعون

Telah berp**ang ke Rahmatullah
Ulama geutanyo
Gure geutanyo
Abu Paloh Gadeng
TGK H MUSTAFA AHMAD
Di RS Banda Aceh
Semoga Husnul khatimah
Dan keluarga yg di tinggal
Semoga tabah dan tawakal kpd Allah swt🤲🤲
😭😭😭😭😭😭😭😭*انا لله و انا اليه راجعون*

اَللهُمَّ اغْفِرْلَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَاَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرْدِ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلاَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ وَاَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَاَهْلاً خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَاَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَاَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَفِتْنَتِهِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ..

*له الفاتحة*
*_اعوذُ بِاللهِ منَ الشَّيطاَنِ الرّجيم_*
_بِسْمِ اللهِ الرَّحمنِ الرَّحِيْم ۞ أَلحَمدُ لِلّه رَبِّ العَالَمِين ۞ ألرَّحمَنِ الرَّحِِيم ۞ ملِكِ يَوْمِ الدِين ۞ إيّاكَ نَعبُدُ وَ إيّاكَ نَستعِين ۞إهدِنَا الصِّرَاط المُستَقِيم ۞ صِرَاطَ الَذِينَ أنعَمتَ عَليْهِم، غَيْرِالمَغضُوبِ عَليْهِم وَلاَالضَّالِّين ۞_
أمِِين....

Orang tua Menangis Menunggu do'aDari Anak anaknya tapi tidak Datang²
11/12/2020

Orang tua Menangis Menunggu do'a
Dari Anak anaknya tapi tidak Datang²

Orang tua Menangis Menunggu do'aDari Anak anaknya tapi tidak Datang²

12/10/2020
TUNGKU ABI HANAFIAH.WALIYULLAH YANG SELALUDI KENANG UMMAT. ------------------TUNGKU ABI HANAFIAH,MERUPAKAN MURID DARIPAD...
29/09/2020

TUNGKU ABI HANAFIAH.
WALIYULLAH YANG SELALU
DI KENANG UMMAT.
------------------

TUNGKU ABI HANAFIAH,
MERUPAKAN MURID DARIPADA :
TUNGKU SYIK DIPASI (WAIDO).
DAN JUGA GURUNYA SULTAN ISKANDAR MUDA. SEBELUM JADI SULTAN ACEH.
-----------------

TUNGKU ABI MERUPAKAN :
PINPINAN MUDI MESRA GENERASI KE YANG TIGA.

TUNGKU ABI HANAFIAH BIN ABBAS, Merupakan Salah seorang ulama besar dari Bireuen yang begitu besar jasanya dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Atau yang sering Di Laqab TUNGKU ABI.

Beliau merupakan salah seorang pimpinan Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga sebelum kepemimpinan abon Aziz bin Muhammad Shaleh.(menantunya). Namun, banyak diantara masyarakat yang kurang mengenal sosok dan sejarah hidup Teungku Abi, padahal jasa dan pengabdiannya kepada umat sangatlah besar.

TEUNGKU ABBAS, orang tua dari TEUNGKU ABI HANAFIAH menurut satu riwayat merupakan keturunan Arab yang bersambung nasabnya dengan Sayyidina ABU BAKAR SIDDIQ.
Namun karena kondisi masa penjajahan, nasab ini disembunyikan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Hal ini menyebabkan bukti yang valid mengenai mata rantai keturunan TEUNGKU ABI tidak dapat ditemukan.
TEUNGKU ABBAS pergi ke Aceh bersama sembilan orang dari Mekkah sehingga mereka diistilahkan dengan kelompok sembilan.
TEUNGKU ABI menuntut ilmu dan belajar agama di IE LEUBUE pada TUNGKU SYIK DI PASI.

Setelah beberapa lama belajar pada Tgk. Chik di Pasi, TGK ABI melanjutkan pendidikannya untuk belajar ke Tanjongan pada :
TGK IDRIS.
Tgk Idris memiliki tiga orang anak yaitu : Tgk Syihabuddin,
Tgk Abdul Hamid dan Juwairiah. Karena tertarik dengan Teungku Abi, maka Tgk. Idris akhirnya menikahkan putri beliau Juwairiah dengan Teuku Abi.

Dari pernikahannya dengan Juawairiah, TEUNGKU ABI memiiki enam orang anak yaitu : TGK AMANUDDIN,
BADRIAH,
TGK MAHYEDDIN,
TGK AYAH (GUREE) JALALUDDIN, (mertua waled Nu)
FATIMAH, dan AISYAH.

TGK SYIHABUDDIN BIN IDRIS merupakan pimpinan dayah MUDI Mesra Samalanga (1927-1935). Abdul Hamid bin Idris adalah orang tua dari Dr. Humam Hamid dan Ahmad Farhan Hamid. Dr. Humam Hamid pernah menjadi calon gubernur Aceh.
Dan Farhan Hamid pernah menjabat sebagai wakil ketua MPR RI. Aisyah merupakan Ibunda TU Bulqaini Tanjongan, Sekjen HUDA sekarang.

TGK ABI BELAJAR KE MEKKAH

Namun di awal-awal pernikahannya, TEUNGKU ABI sempat merasa malu dengan ibu mertuanya Ummi Fatimah karena keliru dalam membaca kitab. Ummi Fatimah menegur Teungku Abi seraya membaca matan bait Alfiyah untuk menunjukkan bahwa bacaan TEUNGKU ABI menyalahi kaidah ilmu Nahwu.

Karena merasa malu dengan keterbatasan ilmunya, akhirnya TEUNGKU ABI pergi ke Mekkah untuk semakin memperdalam ilmu nya. Di Mekkah TUNGKU HANAFIAH sempat menimba ilmu dan mengambil pengijazahan THARIQAT PADA SAYYID ABU BAKAR SYATTA, pengarang kitab I’anatuth Thalibin.

THARIQAT YANG DIPEROLEH DARI SAYYID ABU BAKAR SYATTA inilah yang kemudian diijazahkan kepada :
Abu Usman Ali Kuta Krueng (Abu Kuta). Sedangkan thariqat yang diijazahkan kepada :
ABU SEULIMUM oleh Teungku Abi bersanad kepada mertuanya TEUNGKU IDRIS.

TEUNGKU ABI juga sosok yang menjadi rujukan dalam penetapan hukum. Ketika diadakan acara muzakarah, biasanya TEUNGKU ABI hanya sibuk berzikir.
Saat sudah ada keputusan, peserta muzakarah bermusyawarah dengan TEUNGKU ABI untuk meminta pendapat TEUNGKU ABI.

Terkadang meraka harus kembali membahas sati persoalan hingga empat kali sehingga baru mendapat persetujuan Teungku Abi. TEUNGKU ABI sosok yang paling dihormati di wilayah utara dan timur Aceh sebagaimana dihormatinya Abu Krueng Kale di wilayah barat, Banda Aceh dan sekitarnya.

MEMIMPIN DAYAH MUDI MESRA

Samalanga Berdasarkan beberapa tulisan yang menceritakan sejarah kepemimpinan MUDI Mesra, pada umumnya menyebutkan TEUNGKU ABI memimpin dayah MUDI setelah Tgk Syihabuddin (Abang Ipar nya Teungku Abi) meninggal dunia.

Namun berdasarkan riwayat yang lain dayah ini sebenarnya diserahkan langsung oleh Tgk. Syihabuddin untuk dikelola oleh TEUNGKU HANAFIAH BIN ABBAS dimasa hidupnya TGK SYIHABUDDIN.

Karena dayah MUDI ini merupakan dayah kerajaan yang sudah berdiri sejak masa Sultan Iskandar Muda, ABON CHIK SAMALANGA bertanya kepada Tgk Syihab :
“EK JEUT MAN DAYAH NYOE TA YUE DUEK BAK TEUNGKU ABI..?
”(Apakah bisa Tgk. Abi dijadikan sebagai pimpinan dayah ini ?).

Mendengar pertanyaan ini,
TGK SYIHABUDDIN BERKATA :
“MEUNYE HAN JEUT PANE MUNGKIN LON PEU JEUT KEU PARUI LON”
(Kalau memang tidak bisa bagaimana mungkin beliau menjadi sebagai adik ipar saya). Jawab Tgk syihabuddin.

Akhirnya kepemimpinan MUDI Mesra dipimpin oleh TEUNGKU KASIM. Di masa kepemimpinan TGK ABI, tidak banyak perubahan dari segi pembangunan asrama dari masa sebelumnya.

Hanya saja jumlah pelajar sedikit bertambah yang dulunya 100 orang putra kini menjadi 150 orang, sedangkan jumlah santriwati kurang lebih berjumlah 50 orang, sama seperti masa sebelumnya saat masih dipimpin oleh Tgk Syihabuddin bin Idris.

Meskipun jumlah muridnya tidak terlalu ramai, namun banyak dari murid TEUNGKU ABI menjadi Ulama yang sebagiannya juga memperdalam ilmu di tempat yang lain.
Diantara murid-murid TGK ABI ADALAH Abon Aziz dan juga ayah beliau TGK MUHAMAD SHALEH,
ABU SEULIMUM,
ABON MUHAMMAD AMIN ARBI TANJONGAN,
TGK MUHAMMAD JAMIL dan juga menantunya TGK ABDUL MUTHALLEB (abu di muluem) atau yang biasa dipanggil :
ABU IE LUENG,
ABU KUTA KRUENG dan beberapa nama yang kemudian hari menjadi ulama.

Disamping itu ada juga teungku-teungku yang belajar pada TEUNGKU ABI diwaktu-waktu tertentu.
ABU HAMID ARONGAN misalnya diamanahkan oleh gurunya ABUYA JAILANI (kota fajar) agar selalu mengunjungi TEUNGKU ABI untuk beristifadah (mengambil faidah) pada beliau.

Dan ternyata ABU ARONGAN ketika p**ang dari Kuta Fajar paling tidak dalam sebulan selalu berkunjung dan belajar pada TEUNGKU ABI sesuai wasiat gurunya.

TUNGKU ABI ADALAH, GURU IDOLANYA ABU SEULIMUEM.

ABU WAHAB SEULIMUM adalah murid TGK ABI yang sangat mengidolakan gurunya. Hampir setiap pengajian beliau menyebut nama gurunya Tgk. Abi Hanafiah. Banyak kenang-kenangan yang beliau peroleh pada masa menuntut ilmu di dayah MUDI dan belajar pada TGK ABI

Ketika Abu Wahab Selimum marah, anak-anaknya terkadang mengingatkan Abu, “Abu, Teungku Abi han tom bungeh-bungeh”
(Abu, Teungku Abi tidak pernah marah).

Dengan seketika Abu Wahab terhentak saat mendengar disebut nama gurunya Teungku Abi. Begitulah kecintaan abu Wahab yang begitu mendalam kepada sosok gurunya TGK ABI. Salah satu wasiat Teungku Abi kepada Abu Seulimum,
“GATA TA WOE U GAMPONG SEUMEUBEUT MANTONG, BEK JAK MITA KAYA” (Kamu ketika p**ang kampung fokuskan diri untuk mengajar, jangan sibuk mencari kekayaan).

AL KISAH
Ini Kisahnya Pada suatu ketika saat Abu Wahab sudah memiliki dua orang anak, beliau pergi membersihkan kebun, tiba-tiba tangan nya terkena parang (golok). Saat itu beliau langsung terbayang wajah Teungku Abi dan nasehat beliau agar jangan mencari kaya.

Maka mulai saat itu, Abu Wahab sama sekali tidak lagi berfikir soal mencari rezeki, beliau fokus untuk seumeubeueet (mengajar) seperti diwasiatkan oleh Teungku Abi. Disamping belajar ilmu agama, abu Seulimum juga sempat belajar ilmu bela diri pada TEUNGKU ABI.
TEUNGKU ABI dikenal jago bela diri dan beliau memiliki thariqat yang diambil dari gurunya dari desa Meuko, Ulee Gle. Selain kepada Abu Wahab Seulimum, ilmu bela diri ini juga diajarkan kepada Tgk. Muhammad Jamil.

TIDAK SETUJU DENGAN PEMBERONTAKAN

Salah satu sikap politis yang ditunjukkan oleh TGK ABI adalah beliau tidak setuju dengan pemberontakan DI/TII, karna menurut beliau tidak boleh hukumnya memberontak kepada pemerintah yang sah. Ketika Indonesia baru merdeka, ABU KRUENG KALEE PERNAH BERKUNJUNG KE MESJID RAYA SAMALANGA dalam rangka mengadakan rapat bersama para Ulama guna mengambil sikap tentang penentuan nasib Aceh.

ABU KRUENG KALEE, Tgk ABI dan beberapa ulama lainnya sepakat agar Aceh mendirikan negara nya sendiri. Namun hal itu tidak disetujui oleh Abu Daud Beureueh. Pada saat itu Abu Krueng Kale dan ulama lainnya menawarkan solusi lain kalau Aceh dijadikan Negara Bagian dengan membayar pajak kepada pemerintah Indonesia, namun lagi-lagi Abu Daud Bereueh tidak setuju.

Perbedaan sikap politik ini membuat suasana tegang antara pihak Abu Krueng Kale, TGK ABI dengan Abu Daud Beureueh. Namun akhirnya Aceh bergabung dengan Indonesia karena Abu Daud Beureueh tetap ngotot dengan keputusannya.

Ketika Abu Daud Beureueh menggerakkan pemberontakan DI/TII, Teuku Abi menolak untuk ikut terlibat. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh Abu Krueng Kale. Dalam hal ini, Teungku Abi menilai pemberontakan kepada pemerintah yang sah tidak dibolehkan dalam agama.

Mereka sebenarnya telah lebih dahulu mengusulkan agar Aceh berdiri sendiri, namun ketika keputusan yang diambil adalah bergabung dengan Indonesia, maka taat kepada Pemerintah sudah menjadi bagian dari kewajiaban.

TUNGKU ABI ADALAH ULAMA
YANG ZUHUD DAN SEDERHANA.

TEUNGKU ABI dikenal sebagai sosok yang zuhud dan hidupnya sederhana. Beliau sering berkhulwah (mengasingkan diri) memfokuskan diri dalam beribadah kepada Allah Swt.
TGK ABI juga sering berpuasa.

Salah satu kebiasaan TEUNGKU ABI, beliau selalu berbuka puasa di dayah dan mengajak santri menemaninya setelah Ummi Juwairiyah menyiapkan makanan buka puasa kepada TEUNGKU ABI, makanan itu selalu dibawanya ke dayah agar suasana keakraban dengan santri lebih terasa. Bila ada orang yang menyumbangkan kain sarung kepada TEUNGKU ABI, beliau akan memakainya walau hanya satu kali.

Setelah itu sarung-sarun itu dihadiahkan kepada orang lain. TEUNGKU ABI juga memiliki gaji karena menjabat jabatan Qadhi. Jabatan qadhi ini wilayahnya sedikit lebih besar dari KUA karena mencakup wilayah Samalanga, Ulim dan Peudada.

Setiap tanggal 5 awal bulan yang biasanya TGK ABI gajian, banyak masyarakat yang datang ke rumah TGK ABI karena mereka sudah tau Tgk Abi akan membagi-bagikan gajinya kepada masyarakat.

Hingga Dewasa TEUNGKU ABI terkadang juga enggan menerima harta waqaf. Bagi TEUNGKU ABI menerima harta waqaf adalah amanah yang tanggung jawab nya sangat besar.

TEUNGKU ABI khawatir kalau anak cucunya tidak dapat mengelola tanah WAQAF ini dengan baik seperti yang diinginkan oleh pihak pewaqaf. Karena itu, Teungku Abi lebih memilih sikap hati-hati (ihtiyath) degan tidak sembarang menerima harta waqaf.

TAWADHU’ DAN RENDAH DIRI

TEUNGKU ABI tidak terlalu berharap kemuliaan di sisi manusia. TGK ABI tidak ingin orang-orang menjadi repot karena harus memuliakan beliau. Bila orang-orang tau TEUNGKU ABI ingin pergi ke pasar Samalanga,
di desa Kandang orang-orang sudah menghentikan sepedanya untuk menunggu lewatnya TEUNGKU ABI.

Hal ini menunjukkan besarnya penghormatan masyarakat kepada ulama pada masa itu. Oleh karena itu, Teungku Abi sengaja mencari jalan-jalan tikus melalui lorong-lorong rumah agar orang-orang tidak menjadi terganggu dan sibuk menunggu kedatangannya.

TEUNGKU ABI juga tidak merasa malu untuk bertanya kepada murid-muridnya. biasanya ketika ada persoalan tertentu yang tidak bisa dijawab, TGK ABI ikut mengajak murid-muridnya pergi bersama-sama untuk bertanya kepada ABU DI ULEE CE'UE yang yang akrab disapa :
TEUNGKU ‘ARABI.

Hal ini menunjukkan betapa tawadhu’nya Teungku Abi yang tidak merasa malu untuk belajar bersama-sama muridnya. Sikap tawadhu’ ini banyak juga ditunjukkan dalam hal-hal lainnya.

SUMUR TEUNGKU ABI

Salah satu hal yang membuat nama TEUNGKU ABI selalu terdengar hingga sekarang adalah sumur yang dido’akan oleh TEUNGKU ABI hingga sekarang menjadi sumber air minum bagi santri-santri yang belajar di dayah MUDI MESRA.

Sumur ini dido’akan oleh TEUNGKU ABI agar layak diminum oleh santri dan menyehatkan.
ALHAMDULILLAH, Santri dayah MUDI tidak perlu memasak air atau membeli air minum isi ulang karena air sumur yang dido’akan oleh TEUNGKU ABI cukup untuk seluruh santri MUDI yang kini mencapai 7000 orang.

Dulunya sumur ini dapat dilihat dengan jelas, namun setelah perluasan Mesjid Raya Samalanga pada awal 2010, sumur ini sedikit tertutup karena sudah masuk dalam bagian mesjid. Walau demikian, sumur ini tidak diganggu dan masih difungsikan hingga sekarang.

MENINGGAL DUNIA TEUNGKU HANAFIAH BIN ABBAS PADA TAHUN 1958.
Jasad beliau dikebumikan dibelakang Mesjid Raya Samalanga. Setelah TEUNGKU ABI MENINGGAL, dayah ini sempat ditawarkan untuk dipimpin oleh anaknya TEUNGKU AMANUDDIN, namun beliau menolaknya.

Akhirnya jabatan pimpinan dayah ini diserahkan kepada :
ABON ABDUL AZIZ BIN MUHAMMAD SHALEH, yang merupakan menantu beliau.
Abon Abdul Aziz bin Muhammad Shaleh menikah dengan Fatimah binti Hanafiah, anak ke-5 dari Tgk. Hanafiah bin Abbas.

DAYAH MUDI MESRA SAMALANGA.

Dayah MUDI Mesjid Raya ini telah didirikan seiring dengan pembangunan Mesjid Raya yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M).
Pimpinan dayah ini yang pertama dikenal dengan nama :
TUNGKU FAQEH ABDUL GHANI. Namun sayang khazanah ini tidak tercatat, berapa lama beliau memimpin lembaga ini, dan siapa penggantinya kemudian.

Barulah pada tahun 1927, dijumpai secara jelas catatan tentang kepemimpinan Dayah ini. Dari tahun ini Dayah dipimpin oleh al-Mukarram TGK SYIHABUDDIN BIN IDRIS dengan para santri masa itu berjumlah 100 orang putra dan 50 orang putri.

Mareka diasuh oleh lima orang tenaga pengajar lelaki dan dua orang guru putri. Sesuai dengan kondisi zaman pada masa itu, bangunan asrama hunian para santri merupakan barak-barak darurat yang dibangun dari bambu dan rumbia.

SETELAH TGK SYIHABUDDIN BIN IDRIS wafat pada tahun 1935 Dayah dipimpin oleh adik ipar beliau al-Mukarram :
TGK HANAFIAH BIN ABBAS atau lebih dikenal dangan Laqab : TUNGKU ABI.

Jumlah pelajar pada masa kepemimpinan beliau sedikit meningkat menjadi 150 orang putra dan 50 orang putri. Kondisi fisik bangunan asrama dan balai pengajian tidak berbeda dengan yang ada pada masa kepemimpin TGK H. SYIHABUDDIN BIN IDRIS, masih berbentuk barak-barak darurat.

Dalam masa kepemimpinan beliau, tugas memimpin dayah sempat diperbantukan kepada TGK M SHALEH selama dua tahun, yaitu ketika beliau berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah Haji dan menimba ilmu pengetahuan.

Setelah TGK H. HANAFIAH WAFAT (1964 M) pesantren tersebut dipimpin oleh salah seorang menantu beliau, yaitu : TGK ABDUL AZIZ BIN M. SHALEH.

Almukarram yang kerap disapa dengan panggilan ABON ini digelar “AL-MANTIQI” karena spesialisasi beliau dalam bidan logika. Beliau adalah murid dari ABUYA MUDA WALI pimpinan Dayah Bustanul Muhaqqiqin DARUSSALAM LABUHAN HAJI ACEH SELATAN.

Semenjak kepemimpinan beliau, pesantren tersebut terus bertambah muridnya terutama dari Aceh dan Sumatera. Dari segi sarana dan prasarana pun sudah mengalami perkembangan. Pembangunan tempat penginapan mulai diadakan perubahan dari barak-barak darurat kepada asrama semi permanen berlantai dua dan asrama permanen berlantai tiga.

Untuk pelajar putri dibangun asrama berlantai dua yang dapat menampung 150 orang sandri di lantai dua, sedangkan lantai dasar digunakan untuk mushalla.

Setelah TGK ABDUL ’AZIZ BIN M. SHALEH wafat pada tahun 1989, pergantian kepemimpinan dayah ini ditetapkan melalui kesepakatan para alumni dan masyarakat.

Setelah melalui permusyawaratan, para alumni mempercayakan kepemimpinan dayah kepada salah seorang menantu Abon, yaitu :
TGK H. HASANOEL BASHRY BIN H. GADENG. (ABU MUDI).

Beliau adalah murid senior lulusan dayah itu sendiri yang sudah berpengalaman mengelola kepemimpinan dayah semenjak ABON mulai sakit-sakitan.

Di masa kepemimpinan ABU MUDI, dayah tersebut mengalami kemajuan yang pesat. Jumlah pelajar yang menuntut ilmu pada dayah tesebut semakin bertambah. Para pelajar ini datang dari berbagai daerah baik dari dalam maupun dari luar Provinsi Aceh.

PIMPINAN DAYAH MUDI MESJID RAYA DARI MASA KE MASA :
1. TGK FAQAEH ABDUL GHANI.
(tidak ada data, tahun berapa).
2. TGK SYIHABUDDIN BIN IDRIS (1927-1935)
3. TGK HANAFIAH BIN ABBAS (1935-1964)
4. TGK ABDUL `AZIZ BIN M. SHALEH (1964-1989)
5. Tgk H. HASANOEL BASHRI BIN H. GADENG (1989-sekarang).

sumber Mudi mesra.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Jumat (10/7/2020) mengeluarkan keputusan mengembalikan Hagia Sophia sebaga...
15/07/2020

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Jumat (10/7/2020) mengeluarkan keputusan mengembalikan Hagia Sophia sebagai masjid yang akan ditandai dengan pelaksanaan sholat Jumat perdana pada 24 Juli mendatang.

Keputusan Erdogan disampaikan setelah sebelumnya pengadilan tinggi Turki mencabut status museum yang disematkan kepada Hagia Sophia.

"Dengan putusan pengadilan ini, dan dengan langkah-langkah yang kami ambil sejalan dengan keputusan itu, Hagia Sophia menjadi masjid lagi, setelah 86 tahun, seperti yang diinginkan Sultan Muhammad Al-Fatih, penakluk Konstantinopel," kata Erdogan dalam pidato nasional, Jumat (10/7/2020).

Dua tahun lalu Presiden Erdogan mengundang putra Aceh Ustadz Takdir Feriza Hasan untuk membacakan ayat suci Al-Quran di Hagia Sophia.

Sebuah persiapan untuk kembalinya Hagia Shopia menjadi rumah ibadah tempat bersujud dan mengagungkan Sang Penguasa Alam Semesta.

Dua tahun kemudian, hari ini, Hagia Shopia kembali ke pangkuan Umat Islam menjadi masjid.

Ustadz Takdir Feriza Hasan membacakan surat Fathir ayat 29-35.

29. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (Al-Qur'an) dan melaksanakan salat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi..

30. Agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.

31. Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) yaitu Kitab (Al-Qur'an) itulah yang benar, membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Mengetahui, Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.

32. Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (p**a) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.

[ ]

_*اِنّا لِلّهِ وَاِنّا اِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ*_Telah berp**ang ke rahmatullah Adek jauhara  (Anak kandung dari Abiya Jeuni...
09/07/2020

_*اِنّا لِلّهِ وَاِنّا اِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ*_

Telah berp**ang ke rahmatullah Adek jauhara (Anak kandung dari Abiya Jeunieb) pagi ini pukul 10.30 +- wib di kediaman beliau gp. Mnsh blang jeunieb.

*له الفاتحة*

Kami Keluarga Grup.kide runcit aceh malasyia
Terut Berduka Cita

26/06/2020

WARGA DEMO DESAK PEMERINTAH ACEH UTARA SEGERA TURUNKAN ROHINGYA KEDARAT

Seunudon- Sebanyak 94 imigran Myanmar etnis Rohingya terpaksa harus tinggal di atas kapal motor dengan jarak sekitar lebih kurang 200 meter dari pesisir Pantai Bayu, Kecamatan Bayu, Kabupaten Aceh Utara. Pasalnya,

kedatangan mereka yang dievakuasi dari empat mill pesisir Senudon dan hendak dibawa kedaratan, tidak diterima oleh Pemerintah Aceh Utara karena dikhawatirkan mewabahnya Coronavirus Disease (Covid-19).

Pantauan wartawan puluhan warga itu mendatangi petugas yang sedang melakukan pengawasan di perairan Bayu, dan meminta supaya Imigran itu segera diselamatkan ke daratan.

Salah seorang warga, Aples Kuari mengatakan, pihaknya meminta seharusnya Pemerintah Kabupaten Aceh Utara memiliki jiwa kemanusiaan supaya menyelamatkan puluhan Imigran Rohingya tersebut. “Kami juga manusia bisa merasakan hal itu, sehingga seharusnya anak-anak dan bayi yang masih menyusui dapat diselamatkan lebih dulu jangan diterik matahari, kasian mereka,” katanya kepada sejumlah awak media, Kamis (26/4). Sambungnya, jika Pemerintah tidak sanggup memberikan makanan, maka pihaknya bersedia untuk mengutip beras setiap rumah memberikan makan Rohingya itu.

“Yang penting mereka dapat diselamatkan sekarang, jangan seperti itu terkatung-katung. Jika tidak direspon, maka kami akan hidupkan mesin boat dan jemput mereka,” tegasnya. Sementara itu, Komite Nasional Solidaritas untuk Rohingya (KNSR) meminta Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara
untuk menerima Imigran Rohingya hang terdampar di perairan Pantai Lancok daerah setempat.

Ketua Komite Nasional Solidaritas untuk Rohingya, Abu Panglima mengatakan, pihaknya mendorong pemerintah untuk menerima mereka turun ke darat demi rasa kemanusiaan, walaupun dalam kondisi wabah pendemi Covid 19. “Kita harus tetap mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dengan tetap mematuhi protokol Covid-19,” ungkapnya.

Sambungnya, pihaknya akan terus mengawal supaya warga Rohingnya yang terdampar di Aceh dengan menjunjung tinggi nilai nilai kemanusiaan dengan tetap mematuhi protokol Covid-19. “Kami dari akan terus mengawal supaya warga rohingnya yang terdampar di Aceh terpenuhi hak-hak dasar kebutuhan dasar untuk menyambung hidup tanpa mengabaikan protokol Covid-19,” imbuhnya.
https://youtu.be/qT1hMGP3G3c

Address

Kuala Lumpur
50050

Telephone

+601137735374

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Grup.kide runcit aceh malasyia posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Grup.kide runcit aceh malasyia:

Share