Mantra Orang Rimba
•~oOo~•
Setibanya di pemukiman Suku Anak Dalam kawasan Punti Kayu Dua desa Bukit Suban kecamatan Air Hitam kabupaten Sarolangun Jambi, para santri da'i utusan Hai'ah Ash Shofwah Al Malikiyyah disambut oleh Ustadz Ali, tokoh masyarakat rimba di kawasan Bukit Duabelas. Ustadz Ali selalu menyambut hangat setiap kedatangan para santri da'i di setiap tahapan.
Nama rimba (asli) Ustadz Ali adalah Benyanyi putera Si Ghemumbak. Si Benyanyi masih saudara dengan Si Balus alias Pak Saidun, kepala suku di Punti Kayu Dua. Juga masih saudara dengan Si Bencinto alias Temenggung Afrisal, kepala suku di kawasan Singosari desa Pematang Kabau. Ustadz Ali terkenal ahli berburu dan mengambil madu. Beliau menguasai banyak mantra sebagai identitas orang rimba. Diantaranya adalah Mantra Mengambil Madu.
"Assalamualaikum.
Dahan jagambang.
Hihi dahan jagambang.
Bagiku lalu.
Hihi bagiku lalu kubelai
Panjang kubelai
Tergantung dawang
Lalamo tinggal adik eiy."
Ini contoh bait mantra yang harus dibaca ketika hendak mengambil madu. Semacam berpamitan kepada para lebah dan ratunya. Terlihat dari ucapan "Assalamualaikum" sebagai pembuka bait mantra. Jika mantra ini sudah dibaca, dijamin tidak akan disengat oleh lebah walau mereka naik pohon sialang tanpa mengenakan baju.
Yang menarik dari beberapa bait mantra Orang Rimba adalah ketika mereka mengawali dengan "Assalamualaikum", dengan "Bismillahirrahmanirrahim", dan diakhiri "Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah." Padahal mereka sebelumnya bukan pemeluk agama Islam, tetapi kalimat-kalimat suci dalam Islam banyak dijumpai dalam bait-bait mantra Orang Rimba.
Yassalam.
Kali ini, saya bersama empat santri delegasi PP. Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo tiba di perkampungan Suku Anak Dalam di kawasan Punti Kayu Dua desa Bukit Suban kecamatan Air Hitam kabupaten Sarolangun Jambi Sumatera. Santri da'i tahapan ke IX ini menggantikan dua Mahasantri UAS (Universitas Alfalah Assunniyah) Kencong Jember dan satu santri PP. D
Sowan Ke Abi Ihya
Kamis Pagi Pamitan Ke Abi
~ Bang Oemar
Kamis pagi (27 Jan 2022), usai shalat Subuh saya meruput ke Pujon, berharap bisa ikut ngaji bersama Abi KH. M. Ihya' Ulumiddin di PP. Nurul Haromain. Karena kabarnya, untuk hari Kamis mulai ngajinya agak pagi.
Alhamdulillah, setibanya di pondok Pujon, ngaji sudah mulai lebih separuh waktu. Materinya kitab Sunan Abu Daud, sampai pada Bab Salam. Karena saya gak bawa kitab, hanya beberapa petikan dawuh Abi yang saya ingat.
"Wong sing noto sandal, nulungi ngangkat koper, bisa menjadi seorang Wali, karena termasuk nyenengno wong liyo"
Itulah sekelumit yang saya ingat dari penjelasan Abi saat ngaji. Setelah pengajian selesai sekitar jam 7 pagi, saya pun bergegas sowan kepada Abi.
Agenda sowan kali ini adalah untuk pamit akan menjemput 5 santri yang akan diberangkatkan ke Jambi dan sudah mengikuti Pekan Tau'iyah di pondok Pujon ini. Kebetulan, juga ada rombongan dari PP. Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo yang punya agenda sama. Yaitu menjemput santri Sukorejo yang telah selesai ikut KKN di pondok ini.
Meskipun tidak bawa kitab saat mengaji, semoga sekelumit ilmu yang diterima dari Abi Ihya pagi ini bisa menjadi bekal untuk menapakai tangga khidmah. Amin.
~ Pujon Malang, 27 Jan 2022
Dzikir Jama'iy di Pedalaman Jambi
DZIKIR JAMA'IY DI PEDALAMAN JAMBI
Oleh | Bang Oemar
Dalam video singkat berdurasi 7 menit ini, saya akan mengajak kawan-kawan untuk menembus belantara Bukit Dua Belas di pedalaman Jambi Sumatera. Menyapa masyarakat Suku Anak Dalam dan mengintip sekelumit dari keseharian mereka. Mulai dari ketika akan mandi hingga ritual Dzikir Jama'iy.
Di belantara Bukit Dua Belas ini, terdapat 14 kelompok Suku Anak Dalam yang berada di bawah kuasa empat orang Temenggung atau kepala suku. Yaitu, Temenggung Grip, Temenggung Nangkus, Temenggung Bepayung, dan Temenggung Afrisal. Di bawahnya Temenggung ada Depati sebagai wakil dan Pemangku yang menguasai satu kelompok Orang Rimba.
Walau mereka hidup di alam bebas, tetapi keseharian mereka terikat oleh banyak peraturan adat. Kendati tak tertulis, tetapi hukum adat sangat dijunjung tinggi oleh seluruh warga masyarakat rimba. Ketika hendak menikah atau melamar gadis Suku Anak Dalam, ada etikanya. Ketika akan mandi ke sungai, ada aturannya, seperti yang ada dalam video ini.
Dzikir Jama'iy adalah kumpulan bacaan wirid dan dzikir yang disusun oleh Kiai Ihya Ulumiddin Pujon Malang. Setiap santri yang akan dikirim ke pedalaman Jambi dalam program pembinaan SAD ini harus transit di Pujon dulu untuk minta doa barokah sekaligus ijazah Dzikir Jama'iy dari Abi Ihya.
Dan Alhamdulillah, ritual Dzikir Jama'iy ini berjalan lestari sejak pengiriman guru pertama sampai saat ini. Tiap satu pekan sekali, masyarakat Suku Anak Dalam yang tinggal di kawasan Punti Kayu Dua berkumpul untuk mengikuti ritual Dzikir Jama'iy. Ritual ini menjadi ajang pertemuan antar warga dan tokoh adat sekaligus untuk mengurangi kejenuhan setelah sepekan mereka hidup berburu dan meramu.
"Allahumma ya Robbana, cukupono luberono, beras akeh duwit akeh, kanggo ngaji lungo haji, barokahe Nabi Wali"
Walau secara bahasa, Orang Rimba adalah penutur bahasa Melayu Jambi, namun tidak mengurangi kekompakan mereka ketika melafadzkan "Doa Cukupono" ini secara bersama-sama. Dan doa berba
Sholawatan Bersama Anak Rimba
SHOLAWATAN SUKU ANAK DALAM
Oleh | Bang Oemar
Lagi ngapain di akhir pekan ini? Yang sedang santai menikmati libur akhir pekan, saya ajak jalan-jalan menembus rimba. Naik mobil Xtrada Triton double gardan. Melintasi jalur offroad dengan beberapa kubangan lumpur yang dalam dan panjang. Lalu ditutup dengan seremoni Sholawatan bersama masyarakat Suku Anak Dalam. Yasaalam...
Jika selama ini, bayangan tentang Orang Rimba hanya seputar berburu, meramu, hidup berpindah-pindah, dan terkesan primitif, namun kali ini tidak. Suku Anak Dalam kini sudah maju dan berpendidikan. Anak-anak rimba sudah mulai bersemangat untuk mengenyam pendidikan sebagaimana putera puteri bumiputera lainnya. Ada yang sudah kuliah, bahkan yang sedang viral, Anak Rimba jadi tentara.
Bagi yang sudah Muslim, tak sedikit dari anak-anak rimba yang memperdalam agama di beberapa pondok pesantren. Sebagian lainnya cukup belajar dan mengaji kepada para guru yang setiap hari istikamah mendampingi warga Suku Anak Dalam. Dengan meningkatnya kualitas pendidikan Orang Rimba, berdampak terhadap meningkatnya taraf ekonomi dan budaya mereka.
Dan, inilah momen Sholawatan Suku Anak Dalam di kawasan Bukit Dua Belas Jambi Sumatera. Momentum Sholawatan ini juga menjadi ajang pertemuan antar warga dan tetua suku, khususnya yang berada dibawah pimpinan Mangku Saidun ini. Bahkan kelompok Suku Anak Dalam lain dari kawasan Kutai Pematang Kabau dibawah pimpinan Temenggung Afrisal juga hadir berbondong mengikuti acara pertemuan ini sembari menyenandungkan sholawat bersama-sama.
Ada banyak komunitas yang memiliki kepedulian dan intens melakukan pembinaan terhadap Suku Anak Dalam. Diantaranya, Hai'ah Ash Shofwah Al Malikiyyah. Organisasi para Habaib, Kiai, dan Asatidz Abna Abuya Al Maliki ini secara berkala mengirim beberapa santri untuk melakukan pembinaan terhadap masyarakat rimba yang ada di kawasan Air Hitam Jambi. Lebih dari dua tahun berjalan para santri utusan Hai'ah Ash Shofwah hidup berbaur dengan masyarakat Suku Ana
Merambah Belantara Sumatera
MALAM-MALAM MENEMBUS RIMBA
✍🏻 Bang Oemar
Perjalanan Kluyuran Cinta Menyapa Orang Rimba itu memang cukup menantang. Butuh kekuatan mental dan fisik. Pasalnya, sepanjang puluhan kilometer harus melintasi medan yang ekstrim. Jalanan tanah berbatu. Kubangan lumpur yang membentang panjang. Bahkan kedalaman lumpur itu bisa menenggelamkan sepeda motor sejenis Vixion. Kalau malam tak ada lampu penerangan. Sehingga perjalanan kian menegangkan. Apalagi sepanjang jalan ditingkahi suara hewan-hewan rimba nan liar.
Video ini adalah cuplikan perjalanan menembus belantara Bukit Dua Belas Jambi Sumatera dalam rangka Menyapa Orang Rimba. Hampir seratus kilometer jarak ditempuh dengan tipologi jalan yang menantang di kawasan Sarolangun Jambi. Start dari Singkut menuju Pauh sekitar 50 km jalan beraspal. Dari Pauh melintasi jalan tanah berbatu menuju Bukit Suban kecamatan Air Hitam sepanjang 50 km.
Untungnya, armada yang disediakan sangat representatif. Mobil Triton doubel gardan yang cukup tinggi dan memang siap merambah belantara. Sepanjang jalan disuguhi landscape hutan dan perkebunan sawit yang luas membentang. Beberapa kali berhenti untuk mengabadikan perjalanan sekaligus memperbarui logistik penumpang.
Jelang adzan Maghrib, tiba di desa Bukit Suban kecamatan Air Hitam. Setelah sejenak rehat, perjalanan dilanjutkan menuju kawasan pemukiman Suku Anak Dalam di daerah Punti Kayu Dua. Butuh waktu sekitar satu sampai dua jam untuk bisa sampai ke tempat kelompok Orang Rimba pimpinan Pak Saidun ini.
Setelah melewati beberapa portal dan jalanan berlumpur, mobil Triton doubel gardan akhirnya mampu merayapi perbukitan Punti Kayu Dua. Gelap sekali. Tak ada lampu. Hanya cahaya lampu mobil yang membuat perkampungan Orang Rimba bisa terlihat. Dan tak berapa lama, beberapa warga Suku Anak Dalam pun berhamburan keluar menyambut kedatangan saya dan para Ustadz Pengajar mereka.
Yassalam....
#Kluyuran_Cinta_Merambah_Belantara
#Menyapa_Masyarakat_Suku_Anak_Dalam
#Kawasan_Bukit_Dua_12_Jam
Jaliyatul Kadar
MAJELIS JALIYATUL KADAR
Acara rutin bulanan pembacaan "Nadzam Jaliyatul Kadar" bersama Ashab Hawariy Malang Raya dan Komunitas Rampak Naong pada Rabu, 04 Agustus 2021 di Lembah Cempoko Malang.
Semoga mendapatkan keberkahan dari para Pahlawan Perang Badar dan para Syuhada Uhud. Amin.
#Hawariy_Malang_Raya
#Komunitas_Rampak_Naong
Cerita Pengajar Anak Rimba
Cerita Berkesan dari Dalam Rimba
Ada banyak cerita menarik yang dialami oleh para Guru Pengajar Suku Anak Dalam (SAD) selama menjalankan amanah dari Hai'ah ASH-SHOFWAH AL-MALIKIYYAH untuk melakukan pembinaan terhadap masyarakat rimba di kawasan Air Hitam Sarolangun Jambi.
Diantaranya, sebagai ritual perkenalan, para pengajar ini diajak berburu terlebih dahulu oleh warga. Karena dengan berburu, maka ikatan kekeluargaan antara pengajar dengan warga rimba akan terjalin dengan harmonis. Selain dikenalkan alam bebas, para pengajar juga dikenalkan dengan mantra-mantra sebagai ritual tak terpisahkan dalam keseharian Orang Rimba.
So, ikuti penuturan para Guru Pengajar serta kesaksian tetua adat Suku Anak Dalam (SAD) di video berikut:
Sowan Kepala Suku Anak Dalam
SOWAN TEMENGGUNG AFRIZAL
Kepala Suku Anak Dalam
Sebagai rangkaian dari Safari Khidmah membersamai para Guru Pengajar Suku Anak Dalam (SAD), pada hari pertama melakukan rangkaian silaturrahmi kepada para tokoj setempat. Diantaranya kepada Temenggung Afrizal, kepala Suku Anak Dalam (SAD) di kawasan perkampungan masyarakat rimba Singosari desa Pematang Kabau kec. Air Hitam kab. Sarolangun sebentang Bukit Dua Belas Jambi Sumatera.
Silaturrahmi kepada Temenggung Afrizal ini sebagai tindak lanjut dari usaha untuk memperluas jangkauan pembinaan para guru utusan Hai'ah ASH-SHOFWAH AL-MALIKIYYAH. Ikut serta dalam silaturrahmi ini para Guru Pengajar SAD gelombang III, yaitu Ust. Tengku Iqbal Baraqbah dan Ust. Zulkarnain (rekomendasi Ma'had Dalwa Bangil Pasuruan) menemani Guru Pengajar Gelombang IV, yaitu Ust. Imron dan Ust. Fathur (rekomendasi INAIFAS Kencong Jember).
Mohon barokah doa dan partisipasi panjenengan semua semoga para guru pengajar yang sedang berjuang di rimba Sumatera ini diberi kekuatan, keikhlasan, dan keistikamahan oleh Allah.
Pelaksana Khidmah
HAWARIY ASH SHOFWAH
Menyapa Anak Rimba
MENEMBUS BELANTARA, MENYAPA ANAK RIMBA
Oleh | Bang Oemar
Pagi ini, saya bersama para guru pengajar Suku Anak Dalam (SAD) utusan Hai'ah Ash Shofwah Al Malikiyyah bersepeda motor memasuki belantara untuk menyapa anak-anak Orang Rimba. Sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan kebun sawit yang luas membentang, serta kerumunan Orang Rimba yang membuat pemukiman dari kain terpal. Sementara budak-budak kecil Suku Anak Dalam tampak bermain berlarian diantara semak dan pepohonan.
Mengetahui kami datang, beberapa anak rimba bersemburat pergi, bersembunyi diantara rerimbunan semak dan batang-batang pohon sawit. Anak-anak itu merasa takut setiap ada orang baru yang datang. Wajar saja jika sebagian mereka berada pada posisi siaga dengan memegang sebilah belati dalam menyambut kedatangan kami.
Dengan dibantu komunikasi oleh Bu Guru Erna dan Bu Guru Icha, dua pengajar SAD yang sudah mereka kenal, akhirnya anak-anak rimba itu mau berkumpul. Sebuah pondokan kecil di tengah hutan itu menjadi tempat kami bercengkrama dengan anak-anak rimba. Di tempat ini pula guru-guru itu melakukan pembinaan terhadap mereka.
Membina anak-anak rimba membutuhkan kreatifitas dan loyalitas dari para pengajar. Sistem pembelajaran disini menyesuaikan dengan keseharian mereka, atau lebih tepatnya kurikulum anak rimba. Mereka lebih suka berburu daripada membaca buku. Mereka lebih lebih nyaman berlarian di tengah alas daripada duduk di dalam kelas. Mereka mau berkumpul untuk dibina kalau dapat imbalan yang serupa dengan hasil buruan.
Tapi bagaimanapun juga, mereka adalah anak-anak bangsa yang harus dibina. Mereka harus disadarkan akan pentingnya pendidikan, lebih penting dari sekedar berburu di hutan. Hewan buruan secara perlahan akan berkurang, demikian juga persediaan buah-buahan di dalam hutan mulai menipis. Mereka tidak bisa hanya bergantung pada alam. Mereka harus mengenyam pendidikan yang layak.
Melihat kondisi semacam itu, Hai'ah Ash Shofwah Al Malikiyyah sebagai wadah para masyaikh, habaib, da
HAUL PAHLAWAN BADAR dan Syuhada Uhud serta pembacaan Tahlil dan barokah doa untuk Almaghfurlah Syarifah RODHIYAH, istri Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki.
Siang ini di kediaman Ustadz Muhammad Fauzi Bululawang Malang.